Hidup ibarat berpetualang, memerlukan bekal yang cukup untuk mencapai tujuan. Jika surga tujuanmu, sudah cukupkah bekal yang kau siapkan??
Karena nila setitik, rusak susu sebelanga.
Seberapa sering kamu menggunakan peribahasa itu? Atau lebih tepatnya, seberapa sering kamu menyikapi sesuatu dengan makna dari peribahasa tersebut? Hanya karena kesalahan kecil, seluruh yang baik menjadi rusak.
Tentu makna tersebut sangat cocok untuk kondisi tertentu. Password misalnya, salah huruf atau karakter satuu saja, maka tetap saja salah meskipun huruf-huruf yang lain benar. Atau kamu sedang minum segelas kopi tapi kemudian kamu menyadari di dalamnya ada tahi cicak, apakah kemudian kamu habiskan? Tentu tidak.
Karena tahi cicak sebutir, rusak kopi segelas.
Namun ternyata, tidak semua kesalahan kemudian membuat terhapusnya seluruh kebaikan. Kita perlu dan harus adil. Terhadap kesalahan seseorang ya kita katakan itu salah, tetapi tidak kemudian kebaikan-kebaikannya tiba-tiba menjadi sirna. Karena harus kita sadari, bahwa manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Pasti ada salahnya.
Jika ada lalat terjatuh di minuman kalian, angkatlah. Begitu kata nabi. Minumanya boleh tetap diminum. Tidak ada perintah, buanglah minuman itu. Atau larangan untuk meminumnya. Justru lanjut kata nabi, pada satu sayapnya ada penyakit dan pada sayap lainnya terdapat obat.
Karena seekor lalat, tidak rusak kopi segelas.
Kepada saudara, pasangan, sahabat, rekan kerja, tetangga, dan orang-orang sekitar kita, jika kita ingin hubungan baik terjaga dengan mereka, yang pertama diperlukan adalah berpikir positif kepada mereka. Adanya kekurangan padanya, kita sikapi dengan bijak. Tanpa kemudian menghilangkan kebaikan yang dimilikinya. Jangan gunakan prinsip nila setitik yang merusak susu itu.
Sekurus kurus ikan, pasti ada dagingnya. Segemuk-gemuk ikan pasti ada tulangnya. Ambil dagingnya buang tulangnya.
Nah kepada diri kita sendiri, baru bisa kita gunakan nila setitik, sebagai bentuk kehati-hatian dalam bersikap, agar lebih waspada dalam berkata, agar tidak menyakiti orang lain. Jangan-jangan karena kesalahan yang (sengaja) kita lakukan bakal menghapus kebaikan kita di mata orang lain.
Maka jangan salah menyikapi peristiwa. Jangan tertukar menempatkan sesuatu.
Bisa membedakan tahi cicak dengan lalat, kan?
Komeng komeng