.: Petualang Kehidupan :.

Hidup ibarat berpetualang, memerlukan bekal yang cukup untuk mencapai tujuan. Jika surga tujuanmu, sudah cukupkah bekal yang kau siapkan??

One Family Under God ?

One Family Under God, tagline yang menarik bukan? Ada sebuah lembaga internasional yang fokus dalam perdamaian dunia dan menggunakan tagline ini. Kita semua keluarga, karena tuhan kita sama.Anda boleh sepakat, boleh juga tidak. Dalam tulisan ini, saya akan mengutarakan pendapat saya tentang hal ini.

Sekilas sepertinya sangat halus. Sangat menjunjung perdamaian. Bahwa kita ini satu keluarga, jadi janganlah bermusuhan dan berperang. Tidak sedikit yang menerima tagline dengan logika seperti itu. Masuk akal memang. Para pejuang prulalisme pastilah sepakat dengan dengan tagline ini. Semua perbedaan janganlah dijadikan alasan untuk tidak mencipatakan perdamaian.

Beruntung beberapa waktu yang lalu saya mengikuti acara yang salah satu pembicaranya adalah tokoh JIL (Jaringan Islam Liberal), Prof Musdah Mulia. Ada juga Romo Franz Magnis-Susenoyang sering kita lihat dalam dialog lintas agama (interfaith). Saya bisa mengikuti diskusi yang ada.

Saya tertarik dan sepakat dengan pendapat Romo, bahwa masing-masing agama memiliki dasar yang kuat yang tidak bisa diotak-atik. Artinya, agama tidak perlu disatukan karena pasti semua akan menolak. Sampai di sini saya sepakat dengan beliau. Karena hal ini sejalan dengan lakum dinuku wa liyadin, untukmu agamamu, untukku agamaku.

Kemudian beliau menjelaskan bahwa Tuhan itu satu, dan masing-masing agama menggunakan kacamata berbeda dalam melihat Tuhan. Islam dengan kacamatanya melihat tuhan sebagai Allah, Kristen dengan kacamatanya melihat Tuhan sebagai Yesus dan seterusnya. Di sini nih, yang membuat saya sangat tidak sepakat.

Ini menyangkut prinsip dasar beragama atau aqidah. Bagi saya –muslim-, tuhan itu satu yaitu Allah. Dia adalah tuhan seluruh alam raya, termasuk di dalamnya juga manusia. Dia memiliki sifat-sifat ketuhanan. Dan Dia hanya satu agama yang ia ridhai : Islam. Jika ingin memilih selamat masuklah islam. Namun jika memilih yang lain silahkan saja, karena tidak ada paksaan untuk masuk islam.

Jika niatnya untuk mewujudkan perdamaian dunia, mungkin lebih cocok kalau menggunakan taglineOne Family as human bieng, atau One Family belong defferent. Karena jika menggunakan kata Tuhan otomatis menyamakan semua tuhan setiap agama. Padahal, tuhan yang saya sembah berbeda dengan yang disembah oleh pemeluk agama lain.

Sudahlah, Tuhan mengilhamkan dalam tiap diri manusia nilai-nilai universal. Semua pasti merasakan hal yang sama ketika melihat kemiskinan di Somalia, semua pasti miris ketika suatu negara di bombardir oleh negara lainnya meski dengan alasan perdamaian. Nilai-nilai kemanusiaan inilah yang bisa menyatukan kita, selama kita masih manusia (yang tidak tertutup hatinya).

Tentu masih ingat ketika ada tragedi 911, semua mengutuknya. Ketika bencana tsunami semua berbondong-bondong memberi bantuan. Ketika tragedi mavi marmara, semua ikut bersuara. Itu karena kita memiliki naluri kemanusiaan yang sama.

So, biarlah masing-masing kita memegang kuat prinsip yang kita yakini. Saling menghormati satu sama lain, tanpa perlu mengaburkan keyakinan dengan slogan One Family Under God. Prularitas atau keberagaman merupakan keniscayaan, bahkan itu merupakan anugerah. Namun, prularisme yang mengaduk-aduk perbedaan saya menolaknya. Meski sepertinya belum ada definisi baku dari kata prularisme itu sendiri.

Yogya, 8 Des 2011

2 comments on “One Family Under God ?

  1. Chusnul "alietha"
    17 Februari 2012

    Setuju sama tulisanmu 😀 btw itu tahunnya salah mas

    • kangridwan
      19 Februari 2012

      Makasih Chusnul, udah aku benerin. 🙂

Tinggalkan Balasan ke Chusnul "alietha" Batalkan balasan

Information

This entry was posted on 8 Desember 2011 by in hikmah, opini, sepotong episode.